DATA TENTANG PERUBAHAN POLA PENYAKIT DAN KEMATIAN DI
INDONESIA PADA PENYAKIT DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI
NAMA : RIDHA UTAMI
NIM : 2015-32-036
Menurut
Depkes RI (2001) mengemukakan terjadinya transisi epidemiologi penyakit
ditunjukkan dengan adanya kecenderungan perubahan pola kesakitan dan pola
penyakit yaitu adanya penurunan prevalensi penyakit infeksi, namun terjadi
peningkatan prevalensi penyakit non-infeksi atau penyakit degeneratif seperti:
hipertensi, stroke, kanker, diabetes melitus dan lain-lain. Selain itu
perubahan gaya hidup (life style)masyarakat dan sosial ekonomi juga
dapat memicu semakin meningkatnya prevalensi penyekit
degeneratif, di mana juga masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, salah
satunya adalah hipertensi dan sering kali dijumpai tanpa gejala, walau relatif
mudah diobati namun apabila tidak diobati akan menimbulkan komplikasi seperti
Stroke, Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah (PJP), Gangguan Ginjal dan
lain-lain yang pada akhirnya dapat mengakibatkan cacat maupun kematian (Bustan,
MN, 1995).
Profil
Kesehatan Sumatera Utara (2001) melaporkan bahwa prevalensi hipertensi di
Sumatera Utara sebesar 91 per 100.000 penduduk, sebesar 8,21% pada kelompok
umur di atas 60 tahun untuk penderita rawat jalan.Berdasarkan penyakit penyebab
kematian pasien rawat inap di Rumah Sakit Kabupaten/ Kota Provinsi Sumatera
Utara, hipertensi menduduki peringkat pertama dengan proporsi kematian sebesar
27,02% (1.162 orang), pada kelompok umur ≥60 tahun sebesar 20,23% (1.349
orang).
Di
Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan hipertensi termasuk ke dalam sepuluh
penyakit terbesar dari penderita yang dirawat inap di bangsal penyakit dalam.
Dari 400 penderita stroke yang dirawat di bangsal penyakit dalam pada tahun
1982-1985 38% menderita hipertensi (Sumartono dan Aryastamy, 1999).
Hasil
penelitian Hanim (2003) proporsi penderita hipertensi rawat inap di RSUP H.Adam
Malik Medan adalah 1,78%, proporsi laki-laki lebih besar daripada perempuan
yaitu sebesar 53,1%. Di wilayah kerja Puskesmas Pekan Labuhan, hipertensi
merupakan rangking ketiga dari 10 penyakit terbesar yang dilaporkan dengan
jumlah 1.776 pasien yang datang berobat selama tahun 2003. Jumlah kunjungan ke
Puskesmas dari semua penyakit adalah 15.255 pasien, dengan demikian proporsi
kunjungan penyakit hipertensi sebesar 11,64% (Puskesmas Pekan Labuhan, 2003).
Indonesia: 59,5% Kematian Akibat Penyakit Tak
Menular, Termasuk Jantung
Di Indonesia, sebagai salah satu negara berkembang ternyata
masih berjuang menghadapi pelbagai masalah kesehatan. Penyakit infeksi masih
menjadi prioritas utama dalam pembangunan kesehatan, di sisi lain perubahan
gaya hidup yang serba cepat tidak menahan laju perkembangan penyakit tidak
menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah. Hal ini diperkuat dengan
data yang diperoleh pada tahun 2007, angka kematian akibat penyakit jantung dan
tidak menular pada tahun 1995 sebesar 41,7% meningkat menjadi 59,5% pada tahun
2007.
Kalimantan Selatan “Juara Hipertensi”
Penyakit hipertensi sebagai salah satu “kawan” dari penyakit
jantung, ternyata dinilai cukup tinggi di Indonesia. Berdasarkan data dari
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, angka kejadian atau prevalensi penduduk
Indonesia berusia di atas 18 tahun dengan hipertensi adalah sebesar 31,7%. Ternyata
hipertensi tidak hanya terjadi pada penduduk berusia di atas 18 tahun, namun
juga pada penduduk berusia 15-17 tahun. Jika dilihat berdasarkan kriteria
hipertensi sesuai JNC VII, terdapat 4050 (8,4%) penduduk berusia 15-17 tahun
dengan hipertensi. Prevalensi hipertensi tertinggi berdasarkan provinsi
terdapat di Kalimantan Selatan (39,6%), dan terendah di Papua Barat (20,1%).
Hasil dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007
memperlihatkan bahwa prevalensi beberapa penyakit jantung dan pembuluh darah
seperti hipertensi sangat tinggi yaitu 31,7%, diikuti stroke sebesar 8,3% dan
penyakit jantung sebesear 7,2% per 1.000 penduduk.
Aceh “Juara Stroke”
Penyakit kardiovaskular juga erat kaitannya dengan penyakit
stroke. Di Indonesia, angka prevalensi stroke juga cukup tinggi yaitu sekitar
72,3%, dengan provinsi Aceh menduduki angka prevalensi tertinggi yaitu 16,6%
dan terendah di Papua (3,8%).
Data Riskesdas memperlihatkan bahwa penyebab kematian utama
untuk semua umur adalah stroke (15,4%), hipertensi (6,8%), penyakit jantung
iskemik (5,1%), dan penyakit jantung lainya (4,6%). Angka kematian pada
kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan akibat stroke sebesar 15,9%,
kemudian penyakit jantung sistemik sebesar 8,7% dan hipertensi serta penyakit
jantung lainya sebesar 7,1%. Sementara itu di pedesaaan, angka kematian
tertinggi diakibatkan oleh penyakit menular yaitu tuberkulosis (TBC) diikuti
oleh stroke sebesar 11,5% dan hipertensi 9,2% dan penyakit jantung iskemik
8,8%.
Pada penduduk usia 55-64 tahun yang tinggal di daerah
perkotaan, stroke tetap menjadi penyebab kematian utama (26,8%), kemudian
penyakit jantung iskemik (5,8%), hipertensi (8,1%), dan penyakit jantung
lainnya (4,7%).
Bagaimana dengan penduduk di pedesaan? Ternyata pola
penyebab kematian di pedesaan dan perkotaan menunjukkan pola yang serupa dengan
stroke (17,8%) sebagai penyebab kematian utama, diikuti oleh beberapa penyebab
lain antara lain hipertensi (11,4%), penyakit jantung iskemik (5,7%), dan
penyakit jantung lain (5,1%).
Komentar
Posting Komentar